Perbedaan
Bukan Sebuah Halangan
Pendahuluan
Di
negara Indonesia ini, dengan banyaknya dan beraneka ragamnya perbedaan yang
dimiliki oleh masyarakatnya harusnya bukan menjadi sebuah halangan bagi mereka
untuk menerima satu sama lain. Perbedaan diciptakan agar kita antar individu
dapat menerima dan saling melengkapi satu sama lain. Apa yang tidak kita miliki
dapat kita dapatkan dari orang lain yang memiliki hal tersebut. Sifat
inklusivme dan kesalehan sosial merupakan sebuah kunci agar kita dapat
menjalani kehidupan dengan keaneka ragamaan dengan lebih baik lagi.
Sifat inklusivme adalah melihat
sesuatu menggunakan sudut pandang orang lain, sedangkan kesalehan sosial adalah
hidup berdasar norma di mana norma yang berlaku dan agama selalu sejalan. Sudah
jelas, dengan begitu sifat inklusivme dan kesalehan sosial sangat penting bagi
kita yang tinggal dalam perbedaan, agar kita dapat mengatasi perbedaan tersebut
sebagai pemersatu kita.
Isi
Di negara kita
sendiri, negara Indonesia, ada banyak peraturan-peraturan yang sudah jelas dan
tegas mengenai perbedaan agama. Tetapi, masih ada yang membeda-bedakan agama
dengan dasar yang sangat tidak membangun dan menjatuhkan agama lainnya. Baik secara
langsung maupun tidak, hal tersebut tetap dianggap tidak benar.
Contoh nyata yang sering sekali
terjadi di Indonesia yaitu, pemeluk agama yang minoritas akan selalu
direndahkan oleh pemeluk agama mayoritas. Walaupun bukan semua pemeluk agama
mayoritas bertindak demikian, tetapi ada oknum-oknum yang mengatas namakan
agama untuk menjatuhkan hal lainnya. Agama yang seharusnya dijadikan suatu
pemersatu anatara yang satu dengan yang lainnya.
Ada beberapa contoh nyata di
masyarakat yang mengalami cek cok dikarenakan sebuah perbedaan agama. Konflik
Poso, konflik ini terjadi antara pemeluk agama Islam dan Nasrani yang terjadi
sekitar tahun 1998 sampai 2000. Bukan hanya sekedar adu mulut, melainkan sudah
sampai pada kekerasan, yang telah menjatuhkan korban. Dengan adanya
penandatanganan perjanjian Malino, keadaan Poso berangsur-angsur membaik.
Konflik antar agama lainnya yaitu, konflik
Ambon. Pada tahun 1999 merupakan awal dari adanya konflik Ambon ini. Pemalakan
2 (dua) orang muslim terhadap seorang nasrani merupakan pemicu utama dalam
terjadinya konflik ini. Adanya berita yang menyebar luas, membuat kedua belah
pihak merasa emosi dan geram, antara yang satu dengan yang lainnya. Hingga ada
korban 12 (dua belas) orang yang meninggal dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Rekonsiliasi yang dilakukan oleh pemerintahan setempat dapat meredekan konflik
ini.
Lagi-lagi sebuah konflik dari
pemeluk agama islam dan kristiani, dimana dipicuoleh kejadian pembakaran sebuah
rumah ibadah agama islam yang dilakukan oleh nasrani. Dimana saat insiden
tersebut terjadi bertepatan saat pelaksanaan sholat idul fitri. Bukan hanya
masjid melainkan adanya pembakaran rumah warga muslim sekitar 96 (Sembilan puluh
enam) rumah. Insiden ini menyebabkan 2 (dua) korban jiwa. Rekonsiliasi yang
dilakukan secara cepat, maka menghasilkan keadaan yang lebih kondusif dari
sebelumnya dengan cepat pula.
Konflik
lainnya dari masyarakat muslim yang menuntut untuk membongkar sejumlah gereja Kristen
yang berdiri. Tetapi, persoalaan tersebut dapat terselesaikan dengan baik,
sehingga sampai sekarang ini perbedaan agama yang terdapat di Aceh sendiri
dapat diterima dengan baik. Bahkan kehidupan mereka yang berdampingan, bukan
lagi sebuah masalah.
Pemeluk
agama Budha dan Islam di kabupaten Lampung Selatan, kota Kallianda mengalami
konflik. Konflik yang sangat besar ini dan adanya pertumpahan darah antara
warga desa Balinuraga dengan warga dari desa Agom. Desa Balinuraga merupakan
desa yang mayoritas ditinggali oleh masyarakat Budha, sedangkan desa Agom,
masyarakatnya mayoritas muslim. Konflikini disulut dengan digodanya gadis dari
desa Agom oleh pemuda dari desa Balinuraga. Hal tersebut membuat membuat warga
dari desa Agom geram dan melakukan kekerasan. Setelah terjadinya kekerasan
tersebut, warga desa Balinuraga melakukan serangan balik terhadap desa Agom.
Proses mediasi yang dilakukan agar kedua belah pihak diupayakan untuk tenang
berhasil, sehingga keadaan merekapun membaik.
10
Oktober 1996, terjadinya konflik Situbondo yang dipicu karena adanya hukuman
yang didapatkan oleh penghina agama Islam tidak memenuhi hasrat orang muslim.
Hal tersebut, membuat para masyarakat muslim geram dan tidak puas dengan
keputusan tersebut. Penista agama tersebut disembunyikan di sebuah gereja yang
membuat emosi lainnya semakin membara. Oleh karena hal tersebut, adanya
pengerusakan yang terjadi dikarenakan beberapa orang muslim memaksa masuk ke
gereja-gereja, sekolah Katholik dan juga took milik orang-orang Tionghoa di Situbondo.
Keadaan berangsur membaik saat dilakukannya perdamaian antar kedua belah pihak.
Konflik
Sampang merupakan konflik antara pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dengan
penganut Islam Syiah. Konflik ini terjadi di Madura. Konflik ini mengakibatkan
2 (dua)orang syi’ah serta sebuah mushola hancur. Aksi dalam konflik ini
dilakukan oleh sekitar 500 (lima ratus) orang yang mengklaimbahwa dirinya
adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Perbedaan-perbedaan
agama seperti kasus-kasus diatas, akan sangat mudah untuk ditemukan di
Indonesia. Di Indonesia sendiri perbedaan ada sangat banyak yang membuat
Indonesia terlihat lebih indah dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut,
bukan akan membuat sebuah masalah baru.
Semua
orang juga tahu, bahwa di Indonesia sendiri agama Islam adalah agama yang
mayoritas di Indoneia. Ada banyak sekali konflik yang biasnaya terjadi antara
pemeluk agama Islam dengan pemeluk agama yang lain. Mayoritas masalah konflik
antar agama yang terjadi, biasanya terjadi antara para pemeluk agama Islam dan
kristiani.
Entah
mengapa agama Islam dan kristiani, sangat melekat pada status permusuhan agma
yang sudah lama terjadi. Terkadang oknum-oknum tertentu mengatas nama kan agama
dalam permasalahan agama yang terjadi. Masalah apapun, akan berujung pada agama
atau kepercayaan mereka setiap individu.
Bukan
hanya muslim dengan kristiani, ada banyak perselisihan agama yang terjadi
antara oknum agama yang satu dengan yang lainnya, yang tentunya akan
menimbulkanperselisihan antara yang satu dengan yang lainnya. Agama yang selalu
dijadikan benteng beberapa oknum, walaupun apa yang dilakukannya merupakan
sebuah kesalahan atau dapatdisebut sebagai sebuah kejahatan yang tentunya akan
merugikan orang lainnya.
Sekelompok
masyarakat Islam radikal yang ada di Indoneisa, sering kali menjadi sorotan
tentang sebuah permasalahan antar agama yang terjadi. Bukan semua masyarakat
atau individu yang memeluk agama Islam merupakan sebuah ancaman, melainkan
beberapa oknum tertentu saja. Oknum-oknum yang merupakan muslim radikal
terbukti kadang-kadang mempengaruhi adanya kebijakan politik maupun yudisial
dengan adanya ancaman berupa kekerasan.
Penutup
Perbedaan antar
agama, maupun perbedaan apapun itu bukan merupakan sebuah cara bagi kita untuk
menjatuhkan satu sama lainnya. Kita harusnya saling melengkapi satu sama lain
yang mempunyai perbedaan dengan kita. Saya sendiri yakin, bahwa “rasis” tidak
akan membuahkan apapun selain kebenciaan dan kemurkaan. Kebencian dan kemurkaan
yang terus menerus dipendam atau terjadi begitu saja, itu akan menjadi pematik
api yang besar bagi kehidupan kita.
Bukan dengan begitu saja pematik itu
akan padam, melainkan apabila api itu sudah besar maka akan terjadi pertumpahan
darah. Di Indonesia sendiri sudah sering terjadi adanya pertumpahan darah dikarenakan
adanya perbedaan yang dijadikan sebuah alasan untuk membenci maupun menjatuhkan
satu sama lain.
Setiap individu tentu memiliki
kepercayaannya masing-masing, sehingga tentu saja akan ada perbedaan, antar
yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebutlah yang seharusnya menjadikan
diri kita sendiri jadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Bukan dengan
mempermasalahkan hal tersebut dan membesar-besarkannya, yang berakibat pada
adanya pertumpahan darah.
Mengatas namakan agama dalam
melakukan sebuah tindakan, apa lagi bila hal tersebut dapat merugikan orang
lain, maka kita tentu sangat bersalah. Dengan mengatasnamakan sebuah agama, itu
akan menjadi tolak ukur pandangan masyarakat terhadap agama tersebut dan dapat
menjatuhkan nama agama tersebut dengan sendirinya.
Sudah beberapakali di Indonesia
terjadi sebuah hal yang mengatas namakan sebuah agama yang sampai memakan
korban jiwa. Adanya pertumpahan darah dengan mengatas namakan sebuah agama
tentunya akan membuat perselisihan antar pemeluk agama yang lain, bahkan akan
menjelek-jelekan agama tersebut tanpa kita sadari.
Hidup berdampingan dengan individu
lainnya yang memiliki perbedaan dengan kita, tentunya sebuah keadaan yang
sangat berat bagi kita untuk menerima kekurang lainnya yang membuat keadaan
terkadang sangat rumit. Saling menghormati antara yang satu dengan yang lain
merupakan sebuah jalan yang sangat baik antara yang satu dengan yang lain, agar
dapat hidup secara berdampingan dengan damai.
Kekerasan bukan selamanya
penyelesaian yang terbaik, dengan adanya mediasi dan yang lainnya akan membuat
keadaan lebih kondusif. Menyelesaikan sebuah perkara dengan kepala dingin
sekaligus menjaga hubungan persaudaraan anatar umat beragama lebih baik,
dibandingkan dengan menggunakan otot untuk menyelesaikan segalanya.
Daftar rujukan