Senin, 25 Februari 2019

Perbedaan Bukan Sebuah Halangan


Perbedaan Bukan Sebuah Halangan
Pendahuluan
Di negara Indonesia ini, dengan banyaknya dan beraneka ragamnya perbedaan yang dimiliki oleh masyarakatnya harusnya bukan menjadi sebuah halangan bagi mereka untuk menerima satu sama lain. Perbedaan diciptakan agar kita antar individu dapat menerima dan saling melengkapi satu sama lain. Apa yang tidak kita miliki dapat kita dapatkan dari orang lain yang memiliki hal tersebut. Sifat inklusivme dan kesalehan sosial merupakan sebuah kunci agar kita dapat menjalani kehidupan dengan keaneka ragamaan dengan lebih baik lagi.
            Sifat inklusivme adalah melihat sesuatu menggunakan sudut pandang orang lain, sedangkan kesalehan sosial adalah hidup berdasar norma di mana norma yang berlaku dan agama selalu sejalan. Sudah jelas, dengan begitu sifat inklusivme dan kesalehan sosial sangat penting bagi kita yang tinggal dalam perbedaan, agar kita dapat mengatasi perbedaan tersebut sebagai pemersatu kita.
Isi
            Di negara kita sendiri, negara Indonesia, ada banyak peraturan-peraturan yang sudah jelas dan tegas mengenai perbedaan agama. Tetapi, masih ada yang membeda-bedakan agama dengan dasar yang sangat tidak membangun dan menjatuhkan agama lainnya. Baik secara langsung maupun tidak, hal tersebut tetap dianggap tidak benar.
            Contoh nyata yang sering sekali terjadi di Indonesia yaitu, pemeluk agama yang minoritas akan selalu direndahkan oleh pemeluk agama mayoritas. Walaupun bukan semua pemeluk agama mayoritas bertindak demikian, tetapi ada oknum-oknum yang mengatas namakan agama untuk menjatuhkan hal lainnya. Agama yang seharusnya dijadikan suatu pemersatu anatara yang satu dengan yang lainnya.
            Ada beberapa contoh nyata di masyarakat yang mengalami cek cok dikarenakan sebuah perbedaan agama. Konflik Poso, konflik ini terjadi antara pemeluk agama Islam dan Nasrani yang terjadi sekitar tahun 1998 sampai 2000. Bukan hanya sekedar adu mulut, melainkan sudah sampai pada kekerasan, yang telah menjatuhkan korban. Dengan adanya penandatanganan perjanjian Malino, keadaan Poso berangsur-angsur membaik.
             Konflik antar agama lainnya yaitu, konflik Ambon. Pada tahun 1999 merupakan awal dari adanya konflik Ambon ini. Pemalakan 2 (dua) orang muslim terhadap seorang nasrani merupakan pemicu utama dalam terjadinya konflik ini. Adanya berita yang menyebar luas, membuat kedua belah pihak merasa emosi dan geram, antara yang satu dengan yang lainnya. Hingga ada korban 12 (dua belas) orang yang meninggal dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Rekonsiliasi yang dilakukan oleh pemerintahan setempat dapat meredekan konflik ini.
            Lagi-lagi sebuah konflik dari pemeluk agama islam dan kristiani, dimana dipicuoleh kejadian pembakaran sebuah rumah ibadah agama islam yang dilakukan oleh nasrani. Dimana saat insiden tersebut terjadi bertepatan saat pelaksanaan sholat idul fitri. Bukan hanya masjid melainkan adanya pembakaran rumah warga muslim sekitar 96 (Sembilan puluh enam) rumah. Insiden ini menyebabkan 2 (dua) korban jiwa. Rekonsiliasi yang dilakukan secara cepat, maka menghasilkan keadaan yang lebih kondusif dari sebelumnya dengan cepat pula.
Konflik lainnya dari masyarakat muslim yang menuntut untuk membongkar sejumlah gereja Kristen yang berdiri. Tetapi, persoalaan tersebut dapat terselesaikan dengan baik, sehingga sampai sekarang ini perbedaan agama yang terdapat di Aceh sendiri dapat diterima dengan baik. Bahkan kehidupan mereka yang berdampingan, bukan lagi sebuah masalah.
Pemeluk agama Budha dan Islam di kabupaten Lampung Selatan, kota Kallianda mengalami konflik. Konflik yang sangat besar ini dan adanya pertumpahan darah antara warga desa Balinuraga dengan warga dari desa Agom. Desa Balinuraga merupakan desa yang mayoritas ditinggali oleh masyarakat Budha, sedangkan desa Agom, masyarakatnya mayoritas muslim. Konflikini disulut dengan digodanya gadis dari desa Agom oleh pemuda dari desa Balinuraga. Hal tersebut membuat membuat warga dari desa Agom geram dan melakukan kekerasan. Setelah terjadinya kekerasan tersebut, warga desa Balinuraga melakukan serangan balik terhadap desa Agom. Proses mediasi yang dilakukan agar kedua belah pihak diupayakan untuk tenang berhasil, sehingga keadaan merekapun membaik.
10 Oktober 1996, terjadinya konflik Situbondo yang dipicu karena adanya hukuman yang didapatkan oleh penghina agama Islam tidak memenuhi hasrat orang muslim. Hal tersebut, membuat para masyarakat muslim geram dan tidak puas dengan keputusan tersebut. Penista agama tersebut disembunyikan di sebuah gereja yang membuat emosi lainnya semakin membara. Oleh karena hal tersebut, adanya pengerusakan yang terjadi dikarenakan beberapa orang muslim memaksa masuk ke gereja-gereja, sekolah Katholik dan juga took milik orang-orang Tionghoa di Situbondo. Keadaan berangsur membaik saat dilakukannya perdamaian antar kedua belah pihak.
Konflik Sampang merupakan konflik antara pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dengan penganut Islam Syiah. Konflik ini terjadi di Madura. Konflik ini mengakibatkan 2 (dua)orang syi’ah serta sebuah mushola hancur. Aksi dalam konflik ini dilakukan oleh sekitar 500 (lima ratus) orang yang mengklaimbahwa dirinya adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Perbedaan-perbedaan agama seperti kasus-kasus diatas, akan sangat mudah untuk ditemukan di Indonesia. Di Indonesia sendiri perbedaan ada sangat banyak yang membuat Indonesia terlihat lebih indah dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, bukan akan membuat sebuah masalah baru.
Semua orang juga tahu, bahwa di Indonesia sendiri agama Islam adalah agama yang mayoritas di Indoneia. Ada banyak sekali konflik yang biasnaya terjadi antara pemeluk agama Islam dengan pemeluk agama yang lain. Mayoritas masalah konflik antar agama yang terjadi, biasanya terjadi antara para pemeluk agama Islam dan kristiani.
Entah mengapa agama Islam dan kristiani, sangat melekat pada status permusuhan agma yang sudah lama terjadi. Terkadang oknum-oknum tertentu mengatas nama kan agama dalam permasalahan agama yang terjadi. Masalah apapun, akan berujung pada agama atau kepercayaan mereka setiap individu.
Bukan hanya muslim dengan kristiani, ada banyak perselisihan agama yang terjadi antara oknum agama yang satu dengan yang lainnya, yang tentunya akan menimbulkanperselisihan antara yang satu dengan yang lainnya. Agama yang selalu dijadikan benteng beberapa oknum, walaupun apa yang dilakukannya merupakan sebuah kesalahan atau dapatdisebut sebagai sebuah kejahatan yang tentunya akan merugikan orang lainnya.
Sekelompok masyarakat Islam radikal yang ada di Indoneisa, sering kali menjadi sorotan tentang sebuah permasalahan antar agama yang terjadi. Bukan semua masyarakat atau individu yang memeluk agama Islam merupakan sebuah ancaman, melainkan beberapa oknum tertentu saja. Oknum-oknum yang merupakan muslim radikal terbukti kadang-kadang mempengaruhi adanya kebijakan politik maupun yudisial dengan adanya ancaman berupa kekerasan.
Penutup
            Perbedaan antar agama, maupun perbedaan apapun itu bukan merupakan sebuah cara bagi kita untuk menjatuhkan satu sama lainnya. Kita harusnya saling melengkapi satu sama lain yang mempunyai perbedaan dengan kita. Saya sendiri yakin, bahwa “rasis” tidak akan membuahkan apapun selain kebenciaan dan kemurkaan. Kebencian dan kemurkaan yang terus menerus dipendam atau terjadi begitu saja, itu akan menjadi pematik api yang besar bagi kehidupan kita.
            Bukan dengan begitu saja pematik itu akan padam, melainkan apabila api itu sudah besar maka akan terjadi pertumpahan darah. Di Indonesia sendiri sudah sering terjadi adanya pertumpahan darah dikarenakan adanya perbedaan yang dijadikan sebuah alasan untuk membenci maupun menjatuhkan satu sama lain.
            Setiap individu tentu memiliki kepercayaannya masing-masing, sehingga tentu saja akan ada perbedaan, antar yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebutlah yang seharusnya menjadikan diri kita sendiri jadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Bukan dengan mempermasalahkan hal tersebut dan membesar-besarkannya, yang berakibat pada adanya pertumpahan darah.
            Mengatas namakan agama dalam melakukan sebuah tindakan, apa lagi bila hal tersebut dapat merugikan orang lain, maka kita tentu sangat bersalah. Dengan mengatasnamakan sebuah agama, itu akan menjadi tolak ukur pandangan masyarakat terhadap agama tersebut dan dapat menjatuhkan nama agama tersebut dengan sendirinya.
            Sudah beberapakali di Indonesia terjadi sebuah hal yang mengatas namakan sebuah agama yang sampai memakan korban jiwa. Adanya pertumpahan darah dengan mengatas namakan sebuah agama tentunya akan membuat perselisihan antar pemeluk agama yang lain, bahkan akan menjelek-jelekan agama tersebut tanpa kita sadari.
            Hidup berdampingan dengan individu lainnya yang memiliki perbedaan dengan kita, tentunya sebuah keadaan yang sangat berat bagi kita untuk menerima kekurang lainnya yang membuat keadaan terkadang sangat rumit. Saling menghormati antara yang satu dengan yang lain merupakan sebuah jalan yang sangat baik antara yang satu dengan yang lain, agar dapat hidup secara berdampingan dengan damai.
            Kekerasan bukan selamanya penyelesaian yang terbaik, dengan adanya mediasi dan yang lainnya akan membuat keadaan lebih kondusif. Menyelesaikan sebuah perkara dengan kepala dingin sekaligus menjaga hubungan persaudaraan anatar umat beragama lebih baik, dibandingkan dengan menggunakan otot untuk menyelesaikan segalanya.
Daftar rujukan